Belajar dari Dua Sisi Wirausaha: Antara Keberhasilan dan Kegagalan

 

NAMA : M.Adli Adilla Mulif (41324010010)


Dua Wajah Wirausaha: Dari Keberhasilan Indomie hingga Kegagalan Blackberry






Pendahuluan



Wirausaha selalu menghadirkan kisah menarik: ada yang berhasil membawa inovasi sederhana menjadi raksasa global, ada pula yang gagal karena tidak mampu beradaptasi dengan perubahan. Keberhasilan dan kegagalan sama-sama memberi pelajaran penting, terutama terkait motivasi, etika, serta mindset yang mendasari pengambilan keputusan.


Tulisan ini membandingkan dua studi kasus:


  1. Keberhasilan: Sudono Salim dengan Indomie (Indofood).
  2. Kegagalan: Blackberry Limited (dulu Research In Motion/RIM).






Studi Kasus Keberhasilan: Sudono Salim dan Indomie




1. Latar Belakang



Sudono Salim (Liem Sioe Liong) adalah pendiri Indofood, produsen Indomie. Dari usaha tepung terigu pada 1960-an, Indofood tumbuh menjadi perusahaan makanan terbesar di Indonesia. Indomie kini diekspor ke lebih dari 80 negara, menjadi simbol kuliner Indonesia di dunia.



2. Motivasi



  • Internal: Keuletan Sudono Salim dalam membangun usaha dari nol, passion di bidang pangan, dan visi untuk menyediakan makanan praktis, murah, serta bergizi bagi masyarakat.
  • Eksternal: Tekanan kondisi ekonomi pasca-kemerdekaan (Indonesia butuh pangan murah), peluang pasar karena kebutuhan mi instan yang tinggi, serta dukungan pemerintah terhadap industri pangan strategis.


3. Etika dan Tanggung Jawab Sosial


Indofood menjalankan tanggung jawab sosial melalui produk terjangkau yang bisa diakses masyarakat luas. Meski ada kritik soal kesehatan mi instan, secara etis perusahaan tidak melakukan manipulasi informasi, dan justru mengembangkan variasi produk yang sesuai kebutuhan gizi serta halal.



4. Mindset

Sudono Salim memiliki growth mindset:


  • Tidak berhenti pada produksi mi, tetapi memperluas lini bisnis ke agribisnis, minyak goreng, hingga minuman.
  • Opportunity-oriented: melihat kebutuhan pangan pokok sebagai peluang strategis jangka panjang.



Hasilnya, Indofood tumbuh menjadi perusahaan multinasional dan Indomie menjadi brand global.





Studi Kasus Kegagalan: Blackberry Limited




1. Latar Belakang



Blackberry (RIM) pernah menjadi raksasa ponsel dunia pada 2000-an dengan fitur keyboard fisik dan layanan BBM. Namun, pada 2010-an perusahaan mulai kehilangan pasar setelah munculnya iPhone (Apple) dan Android (Google). Pada 2016, Blackberry resmi menghentikan produksi smartphone.



2. Motivasi



  • Internal: Keinginan mempertahankan posisi sebagai pemimpin pasar smartphone dengan inovasi berbasis keamanan.
  • Eksternal: Tekanan kompetisi dari Apple dan Android, serta tuntutan konsumen yang semakin menginginkan smartphone serba bisa (kamera, aplikasi, hiburan).




3. Etika dan Tanggung Jawab Sosial



Blackberry tidak memiliki skandal etika besar, tetapi perusahaan mengabaikan tanggung jawab inovasi terhadap konsumen. Mereka terlalu lama berpegang pada sistem tertutup dan keyboard fisik, meski pasar sudah menginginkan layar sentuh dan aplikasi ekosistem terbuka. Dalam perspektif etika bisnis, ini adalah bentuk kegagalan memenuhi kebutuhan pelanggan.



4. Mindset



Blackberry menunjukkan fixed mindset:


  • Terlalu percaya diri dengan dominasi pasar awal.
  • Menolak beradaptasi dengan tren layar sentuh dan aplikasi pihak ketiga.
  • Tidak belajar dari kesalahan strategi saat Apple dan Google meluncurkan inovasi baru.



Akibat mindset kaku ini, Blackberry kehilangan pangsa pasar, pendapatan menurun drastis, hingga akhirnya keluar dari pasar smartphone.


Analisis Perbandingan



Jika melihat kedua kasus, ada perbedaan yang sangat kontras dalam hal motivasi, etika, dan mindset. Sudono Salim dengan Indofood didorong oleh motivasi internal berupa visi besar menyediakan pangan murah untuk masyarakat Indonesia. Motivasi ini diperkuat oleh faktor eksternal, yakni kondisi ekonomi yang menuntut makanan cepat saji dengan harga terjangkau. Sebaliknya, Blackberry lebih banyak digerakkan oleh motivasi mempertahankan dominasi pasar. Dorongan internal mereka adalah ambisi mempertahankan status sebagai pemimpin global, sedangkan faktor eksternal berupa tekanan persaingan dari Apple dan Google justru membuat mereka semakin defensif, bukan inovatif.


Dari sisi etika dan tanggung jawab sosial, Indofood relatif konsisten menjaga integritas. Produk yang dihasilkan jelas, terjangkau, dan sesuai kebutuhan konsumen. Walaupun ada kritik tentang kesehatan mi instan, perusahaan tetap transparan dan mengembangkan variasi produk yang lebih sehat serta sesuai standar halal. Blackberry memang tidak terlibat dalam skandal penipuan atau pelanggaran etika serius, tetapi kegagalannya justru muncul karena mengabaikan tanggung jawab mendasar: menjawab kebutuhan konsumen. Ketika pasar beralih ke smartphone layar sentuh dengan ekosistem aplikasi yang luas, Blackberry tetap bertahan dengan sistem lama dan tertutup, sehingga dianggap tidak peka terhadap perubahan.


Perbedaan paling mencolok terlihat pada mindset. Sudono Salim menunjukkan growth mindset yang terbuka terhadap peluang baru. Ia tidak berhenti hanya pada bisnis mi instan, tetapi memperluas ke agribisnis, minuman, dan berbagai lini usaha lain yang mendukung ketahanan pangan nasional. Sementara itu, Blackberry justru terjebak dalam fixed mindset. Mereka terlalu percaya diri dengan keunggulan awal berupa keyboard fisik dan layanan BBM, sehingga menolak untuk beradaptasi cepat terhadap tren layar sentuh dan aplikasi pihak ketiga.


Hasil akhirnya pun berbanding terbalik. Indofood berkembang menjadi perusahaan multinasional dengan Indomie sebagai produk global yang identik dengan Indonesia. Sementara itu, Blackberry yang pernah menjadi pemimpin pasar dunia, runtuh dan hanya menyisakan nama dalam sejarah sebagai contoh kegagalan beradaptasi.


Pelajaran yang dapat dipetik dari perbandingan ini adalah bahwa keberhasilan wirausaha bukan hanya soal modal atau teknologi, tetapi sangat ditentukan oleh keselarasan motivasi, komitmen etika, serta mindset yang terbuka terhadap perubahan.


Kesimpulan dan Rekomendasi




Pelajaran Penting



  1. Motivasi internal harus disertai pemahaman pasar. Visi Sudono Salim sejalan dengan kebutuhan masyarakat, sementara Blackberry terjebak pada kesombongan produk lama.
  2. Etika bisnis mencakup inovasi berkelanjutan. Tidak cukup hanya menjaga citra, tetapi harus menjawab kebutuhan nyata konsumen.
  3. Mindset menentukan umur bisnis. Growth mindset membawa Indofood terus berkembang, fixed mindset menghancurkan Blackberry.




Rekomendasi untuk Calon Wirausaha



  • Bangun bisnis dari visi pribadi yang menyatu dengan kebutuhan pasar.
  • Selalu pegang etika bisnis, tidak hanya soal kejujuran tetapi juga tanggung jawab memenuhi kebutuhan konsumen.
  • Miliki growth mindset: fleksibel, berani berubah, dan terus berinovasi.
  • Jangan terlalu nyaman dengan kesuksesan awal; perubahan pasar bisa sangat cepat.






Sumber



  1. Liputan6 – Kisah Sukses Sudono Salim Membangun Indofood.
  2. Kompas – Indomie Jadi Produk Global.
  3. CNBC – The Rise and Fall of BlackBerry.
  4. Business Insider – Why BlackBerry Failed.






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengapa Kewirausahaan Penting untuk Masa Depan Ekonomi.

Adli Mulif Enterprise